Minggu, 14 Juni 2015

DINASTI TURKI UTSMANI



SEJARAH PERADABAN ISLAM:  DINASTI TURKI UTSMANI
                          
                                                                          

A.    Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Pada abad ke-15 (abad ke-9 H), orang Turki Usmani membuat debut di panggung sejarah. Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan utara negeri cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10, ketika mereka menetap di Asia tengah. Dibawah tekanan serangan-serangan mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Saljuk di dataran tinggi asia kecil.[2]
Garis keturunan bani utsmaniah bersambung pada kabilah Turmaniah yang pada permulaan abad ke-7 H atau bertepatan dengan abad ke-13 M, mendiami Kurdistan. Mereka berpropesi sebagai pengembala. Akibat serangan orang-orang Mongolia dibawah pimpinan Jengis Khan ke Irak dan wilayah-wilayah asia kecil, Sulaiman, kakek dari Utsman melakukan hijrah pada tahun 617 H./1220 M. bersama-sama dengan kabilahnya, dia beranjak meninggalkan Kurdistan menuju Anatoh dan merekapun menetap di kota Akhalath.[3]
Tatkala Ertoghrol bersama keluarganya melarikan diri dari serangan Mongol, dalam perjalanan ia menyaksikan pertempuran pasukan muslim dan Kristen (Bizantium) dan Ertoghrol ia terpanggil untuk membela dan menolong saudara sehingga pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan muslim.
DI bawah pimpinan Ertoghrol, mereka mengabdikan diri kepada sultan Alauddin ll ( sultan Seljuk) untuk melawan Bizantium. Berkat kehebatan ertoghrol dan dukungan penuh dari anak buahnya, tentara Seljuk mendapat kemenangan dari Bizantium. Sebagai hadiahnya , Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium kepada Ertoghrol, serta memberikan wewenang untuk mengadakan ekspansi.[4]
Pada tahun 1289 M., Ertoghrol meninggal dunia dan kemudian sultan Alauddin menunjuk cucunya yang sulung Utsman sebagai penguasa di wilayah yang berbatasan dengan Byzantium. Utsman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Selang tidak beberapa lama sultan Alauddin wafat dan tidak ada yang layak untuk menggantikannya. Melihat kekosongan pemerintahan, maka terbukalah jalan bagi Utsman untuk menuju tingkat yang lebih tinggi. Dengan naiknya Utsman menggantikan Sultan Alauddin ll, maka berakhirlah pemerintahan Seljuk dan berdirilah kerajaan Utsman yang dipimpin oleh Utsman yang bergelar padisyah al-Utsman ( raja besar keluarga utsman).[5]
Nama kerajaan Utsmani itu diambil dari dan di bangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani Ibn Sauji Ibn Ertoghrol Ibn Sulaiman Syah Ibn Kia alp, kepala kabilah Kab di Asia tengah.[6]
B.     Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Turki Utsmani
Sejak Utsman bin Ertoghrol ( 1299-1326 M), yang dianggap Pembina pertama kerajaan turki Utsmani dengan nama imperium ottoman timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama Islam. Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa. Kemajuan kemajuan lainnya antara lain dalam bidang militer, pemerintahan, intelektual, budaya serta dalam bidang keagamaan.[7]
1.      Bidang Militer
Pada mulanya Turki Utsmani hanyalah merupakan kerajaan yang hanya memiliki wilayah kekuasaan yang kecil. Namun berkat dukungan pasukan militer yang kuat, maka dalam waktu sebentar telah berubah menjadi sebuah kerajaan yang sangat kuat dan luas. Sepeninggal Orchan, tampak kepemimpinan di pegang oleh anaknya yaitu sultan Murad. Setelah memegang kendali pemerintahan, ia segera melanjutkan cita-cita ayahnya utuk memperluas ekspansi kekuasaan. Andrianopel di taklukkan pada tahun 1365, kemudian dengan ber turut-turut disusul jatuhnya kota Macedonia,Bulgaria dan Serbia ketangan murad.[8]
Prestasi Khalifah di atas ditentukan oleh pengaturan milliter yang tepat, solid dan juga jumlahyang sangat besar. Kekuatan milliter ini di tata semenjak awal tepatnya di masa pemerintahan Orkhan. Halini Senada dengan penjelasan ash-Shalabi yaitu salah satu pekerjaan penting yang dilakukan Orkan adalah membentuk milliter islam yang kuat dan memasukkan system khusus dalam kemiliteran. Dia kemudian membagi tentara pada satuan-satuan dan setiap satuan terdiri dari seuluh orang atau seratus orang atau seribu orang. Dia mengkhususkan seperlima ghanimah untuk tentara.[9]
Ada satu hal yang paling mendasar bahwa semangat militer yang dimiliki di awal-awal dinasti Utsmani yaitu ruh jihad yang mengakar sehingga keikhlasan menjadi modal utama mereka. Kemajuan di bidang militer inilah yang paling menonjol bila di bandingkan dengan bidang yang lain.Hal ini terjadi  karena kondisi opjektif dan potensial dasar etnik Turki sehingga kekuatan militer yang besar ini  menjadi senjata utama meng hadapi musuh yang tetap mengintai.
2.      Bidang Pemerintahan.
Dalam pemerintahan Turki Utsmani, sultan adalah pemegang kekuasaan tertinggi baik dalam bidang agama, politik, pemerintahan, bahkan masalah ekonomi. Orang kedua yang berkuad=sa adalah wazir besar, ia adalah badan penasehat kesultanan yang membawahi semua wazir dan amir. Disetiap daerah diangkat juga qadhi yang akan menjalankan hokum pidana dan perdata.
Pada masa kerajaan Turki Utsmani, para khalifah atau sultan terus melakukan ekspansi dengan terus menciptakan jaringan pemerintahan yang  teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, para sultan senantiasa bertindak tegas dan penuh kedisiplinan, sipat ini merupakan karakterdasar yang diwarisi nenek moyang mereka di asia tengah.
Untuk urusan pemerintahan, salah seorang khalifah telah menetapkan undang-undang seperti yang diungkapkan K. Hitti dalam Badri Yatim : untuk mengatur pemerintahan pada masa sultan sulaiman l, disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) kitab tersebut diberi nama Multaqa al- Abhur, yang menjadi pegangan hokum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya repormasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, diujung namanya ditambah gelar Al-Qanun.[10]
3.      Bidang Intelektual.
Dlam sejarah Islam, perkembangan intelektual yang paling pesat dan maju dapat diraih pada masa daulah Abbasiah, sehingga pada masa Turki Utsmani kemajuan dibidang intelektual tidak terlalu menonjol.
Sekalipun prestasi di bidang intelektual pada periode ini tidak terlalu menonjol, akan tetapi pada periode ini ada beberapa aspek intelektual yang dapat dicapai yaitu :
a.       Terdapat tiga buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu berita harian Takvini (1831), 2. Jurnal Takviri Efkhar (1862), 3. Terjumani Ahval (1860)
b.      Terjadinya transpormasi pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar menengah (1861) dan perguruan tinggi (1869), juga mendirikan fakultas kedokteran dan fakultas hokum. Disamping itu juga mengirimkan para pelajar berprestasi ke Prancis untuk melanjutkan studinya yang sebelumnya terjadi.[11]
Turki Utsmani adalah bangsa yang berdarah militer, karena itu di dalam khazanah intelektual tidak kita temukan ilmuan-ilmuan terkemuka. Demikian juga dengan kajian-kajian ilmu keagamaan bias dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti, karena para penguasa lebih cendrung menegakkan satu mazhab saja.
4.      Bidang Agama Dan Budaya.
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari system social politik Turki Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan tidak dapat berjalan. Pada masa itu kehidupan tarekat berkembang pesat. Tarekat yang paling besar yaitu al-Bektasi dan al-Maulawi.
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata karma dalam istana raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, social, kemasyarakatan, keilmuan, dan hurup mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima budaya luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya mereka orang-orang nomat yang hidup di dataran asia tengah.[12]
Kajian-kajian keislaman pada masa ini tidak terlalu menonjol dan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Sultan Abd Al-Hamid II, misalnya, begitu panatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari kritikan-kritikan aliran lain. Ia memerintahkan kepada Syaikh Husein al Jisri penulis kitab Al-Hushun al Hamidayah (benteng pertahanan abdul hamid) untuk melestarikan aliran yang dianutnya itu. Akibat kelesuan dalam bidang ilmu keasgamaan dan panatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-karya masa klasik.[13]
Dalam hal budaya, Turki Utsmani telah banyak meninggalkan jasanya. Dalam seni arsitektur, sejumlah bangunan Islam dibangun dengan seni yang indah. Masjid Muhammad al-Fatih, Masjid agung Sulaiman, Masjid Abu Ayub al-Ansari, dan Masjid Aya Sophia yang asalnya gereja St. Sophia merupakan peninggalan arsitektur Utsmani yang sangat dikagumi dunia sampai saat ini.[14] Masjid Aya Sophia adalah masjid terindah kaligrafinya untuk menutup hiasan-hiasan gambar kristiani sebelumnya.
C.     Kemajuan Pada Masa Turki Utsmani.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap rezim akan mendapatkan masa kejayaannya. Begitu juga setelah itu rezim tersebut akan mengalami masa keruntuhannya. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan masa kejayaan Turki Utsmani. Puncak kejayaan peradaban pada masa Turki utsmani tidak seperti gemilangnya peradaban pada masa dinasti Abbasiah di Baghdad dan dinasti Umayyah di Cordoba (Spanyol).
Abad XVI merupakan masa keemasan kekuasaan Turki Utsmani  yaitu pada tahun 1517 ketika sultan salim merebut Mesir pemerintahan Mamalik yang sudah lemah. Ada beberapa factor yang mendorong kemajuan turki utsmani yaitu:
1)      Adanya system pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa menyebabkan mereka hidup berkecukupan dan mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat
2)      Tidak adanya diskriminasi dari pihak penguasa sehingga orang yang mempunyai kedudukan tinggi tidak di dominasi kalangan tertentu.
3)      Kepengurusan organisasi yang cakap, padahal pada saat marcopolo  pindah ke turki tahun 1272 M. didapati orang turki masih menjalani kehidupan berpindah-pindah. Sebagai penggembala kambing dan biri-biri, orang yunani dan Armenia sudah hidup maju  di kota-kota. Akan tetapi karna pengurusan yang kurang cakap dari tuan tanah di dalam pemerintahan bizantium menyebapkan penduduk desa-desa yunani memihak tentara turki yang memasuki Bandar-Bandar pada abad XIV.
4)      Pihak turki memberikan perlakuan yang baik terhadap saudara-saudara baru dan  memberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh baik dalam kehidupan beragama dan kemasyarakatan sehingga mereka menaruh simpati dan akhirnya banyak yang memeluk islam
5)      Turki telah menggunakan tenaga-tenaga yang professional dan terampil, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan. Menurut data statistic, selama masa keemasan Turki Utsmani dari tahun 1453-1623 hanya 5 dari 48 wazir besar dari keturunan Turki, selebihnya adalah orang asing yang dianggap cakap.
6)      Kedudukan sosial orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri Balkan untuk memeluk Islam.
7)      Rakyat yang memeluk agama Kristen yang dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatip murah jika dibandingkan dengan pada pemerintahan bizantium.
8)      Semua penduduk diberikan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Para paderi diberi kekuasaan lebih besar dibandingkan pada masa Bizantium. Pada hari-hari besar Kristen, pemerintahan Turki turut bersimpati dengan mengirimkan tentara Yeniseri untuk mengawal gereja.
9)      Karena Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad   XVI. [15]
D.    Masa Kemundurakn Kerajaan Turki Utsmani.
Titik permulaan keruntuhan dan berakhirnya zaman keemasan Turki Utsmani ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi musuh-musuhnya. Pada tahun 1663, tentara Utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Demikian juga pada tahun 1676 Turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan dipaksa menandatangani perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg. Dan Hemenietz, Podolia, Ukraina, Morea dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.[16]
Setelah menyadari kelemahan kekuasaan Turki, sebagian wilayah kekuasaannya melancarkan pemberontakan untuk melepaskan diri. Di Mesir, yeniseri bersekutu dengan tentara Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak 1772 Mamalik berhasil menguasai Mesir kembali. Di Syria dan Lebanon juga terjadi pemberontakan yang dipelopori oleh Druz dan Fahruddin. Sementara itu di Arabia timbul gerakan pemurnian oleh Muhammad bin Abdul Wahab dan gerakan ini bergabung dengan kekuatan Ibnu Saud yang akhirnya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya di sekitar jazirah Arab.
Ancaman eksternal bagi Turki Utsmani betul-betul terjadi hingga terjadinya beberapa kali peperangan, contohnya peperangan di Teluk Libanon yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan musuh. Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan secara rinci faktor-faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Turki Utsmani :
1.      Faktor Eksternal
a.       Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan Turki atas mereka bermula dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai, mereka beranggapan bahwa Turki adalah orang asing yang menaklukkan mereka. Maka ketika mereka mendapat kesempatan disaat melemahnya Turki, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman kerajaan tersebut.
b.      Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sementara itu  di Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan, sehingga ketika terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuatan dari Eropa, Turki selalu menderita kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan Eropa telah menggunakan senjata yang sudah maju.[17]
c.       Kemajuan Eropa yang menjadi cikal bakal renaisance.[18]
2.      Faktor Internal.
a.       Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Administrasi pemerintahan bagi suatu Negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan kerajaan Utsmani tidak beres. Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi untuk menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang yang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya digunakan untum membangun Negara.
b.      Heterogenitas penduduk.
Sebagai kerajaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia. Wilayah yang luas ini didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis, maupun adat istiadat.
c.       Kelemahan para penguasa.
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni kerajaan Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalamkepemimpinannya. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
d.      Budaya Pungli.
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di kerajaan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seorang harus “dibayar “ dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut
e.       Pemberontakan tentara jenissari.
Kemajuan ekspansi kerajaan Utsmani banyak ditentukan oleh kuatnya tentara jennisari. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak.
f.       Merosotnya Ekonomi.
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot. Pendapatan berkurang, sementara belanja Negara sangat besar termasuk untuk biaya perang.
g.      Terjadinya Stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
Kerajaan Utsmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer.Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan IPTEK menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.BADRI YATIM HAL 168[19]
            Faktor-faktor yang menjadi penyebab keruntuhan, baik factor internal maupun eksternal telah membuat kehalifahan Turki Utsmani lemah dan kehilangan wibawanya. Runtuhnya Turki Utsmani bukan berarti akhir dari dinasti Utmani, tetapi lebih tepat disebut sebagai masa kemunduran dari Turki Utsmani.                                                  
 KESIMPULAN
Negara Turki adalah Negara yang terletak di dua benua dengan luas wilayah sekitar 814.578 KM, 97% (790.200 KM) wilayahnya terletak di benua asia dan sisanya sekitar 3 % (24.378 KM) terletak di benua eropa. Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan utara negeri cina.
Sejak Utsman bin Ertoghrol ( 1299-1326 M), yang dianggap Pembina pertama kerajaan turki Utsmani dengan nama imperium ottoman timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama Islam. Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa. Kemajuan kemajuan lainnya antara lain dalam bidang militer, pemerintahan, intelektual, budaya serta dalam bidang keagamaan.
Abad XVI merupakan masa keemasan kekuasaan Turki Utsmani  yaitu pada tahun 1517 ketika sultan salim merebut Mesir pemerintahan Mamalik yang sudah lemah.  faktor-faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Turki Utsmani terbagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan internal.
Faktor Eksternal, Timbulnya gerakan nasionalisme, Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. .Kemajuan Eropa yang menjadi cikal bakal renaisance.
     sedangkanFaktor Internal.antara lain Wilayah kekuasaan yang sangat luas,Heterogenitas    penduduk.,Kelemahan para penguasa, Budaya Pungli,Pemberontakan tentara jenissari, Merosotnya Ekonomi, Terjadinya Stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab keruntuhan, baik factor internal maupun eksternal telah membuat kehalifahan Turki Utsmani lemah dan kehilangan wibawanya. Runtuhnya Turki Utsmani bukan berarti akhir dari dinasti Utmani, tetapi lebih tepat disebut sebagai masa kemunduran dari Turki Utsmani.

                                                 .DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2004.
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Khalifah Utsmaniah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Amir. K. Ali, A Study of Islamic History, Terj. Gufron A. Mas’adi, Jakarta: Srigunting, 1996
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Ygyakarta: Kota Kembang, 1989
Mahyudin Yahya dan Ahmad Jaelani Hakim, Sejarah Islam, Kuala Lumpur: Fajar Bakti SDN BHD,1994.
Sulomo, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: CV. Wicaksana, 1995.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Sayyid al-Wakil, Wajah Dunia Islam, Jakarta: Pustaka ak-Kautsar, 1999.
 














Tidak ada komentar:

Posting Komentar